My Photo
Name:
Location: Jakarta, Jakarta Selatan, Indonesia

life is for joy and make friends

Friday, March 09, 2007

Kawan-kawan pecinta bola,
Pada zaman remajaku dulu "bal-balan" alias main bola itu menjadi kegemaran lahir batin bagi warga laki-laki, mulai dari anak-anak sampai yang dewasa. Lapangan lebar untuk main bola masih leluasa. Jadi kapan saja bisa berlatih siang hari sepulang sekolah sampai tenggelamnya matahari. Orang-orang dewasa menjadi contoh. Kalau ada pertandingan besar berduyun-duyunlah masyarakat lelaki ke stadion untuk menonton. yang tidak punya duit bisa memanjat pohon. Atau yang nakal-nakal menerobos pagar lamtoro yang dilingkari kawat berduri. Bagaimana juga mereka yang menerobos itu lebih banyak yang lolos dan menjadi penonton. Sedikit presentasinya yang tertangkap penjaga, yang umumnya anak-anak lalu dilepaskan kembali. Pertandingan antara Persema melawan Persebaya berlangsunglah. Permainan bagus. Jago-jago bolanya mempertunjukkan permainan yang bermutu. Banyak yang jadi pemain nasional. Generasi penerus pada zaman itu mendapat sambutan pula di masyarakat. Sayang setelah itu, setelah pembangunan fisik digalakkan, lapangan-lapangan yang dulu banyak, tergusur semua dan menjadi perumahan dan pertokoan. Anak-anak di kampung mana pun kekurangan tempat bermain bola. Apalagi setelah desakan ekonomi keluarga. Para lelaki umumnya lalu bekerja dari pagi sampai malam. Tak ada lagi waktu untuk berlatih. Cara mencari bibit-bibit pemain baru yang berprestasi jadi main sulit. Maka seperti sekarang inilah hasilnya. Kita sering kalah dan citra persepakbolaan kurang menggairahkan. Saya berharap kebijaksanaan di dalam mengembangkan "bal-balan" harus direvolusikan dengan tekat yang dahsyat, jangan lagi berpikir tidak ada beaya, para pemegang wewenang di bidang olahraga harus singsing baju dan kerja demi sepakbola. Kalau perlu duitnya urunan secara nasional dan dikelola oleh mereka yang tidak doyan korupsi. Para pemain harus dibikin kenyang, jangan kelaparan kalau mau berlatih. Harus segar bugar saat mau tanding. Kocek pemain juga harus gembung biar tidak mau lagi disuap!
Ini gambar saya waktu mengelus-elus PIALA UEFA di Citos, Cilandak, Jakarta Selatan, 4 Maret 2007. Harapan saya agar kita anak-anak Indonesia tampil lebih menyala-nyala di arena pertandingan internasional. Kapan lagi meraih bintang kalau bukan sekarang? Ayo maju! Salam, RA.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home