My Photo
Name:
Location: Jakarta, Jakarta Selatan, Indonesia

life is for joy and make friends

Thursday, June 01, 2006

Kompas, 01/09/76, hal. 9

MUSEUM SEBAGAI SARANA PENUNJANG PENDIDIKAN

Telah diakui oleh para ahli jaman sekarang bahwa belajar dari apa-apa yang di lihat justru sistim yang paling baik, Oleh karena itu para ahli pendidikan menempatkan museum sebagai salah satu sarana penunjang, terutama bagi anak-anak sekolah. Sehubungan dengan prospek yang baru ini maka pihak museum harus bekerja sedemikain rupa, dan kalau perlu melakukan perobahan-perobahan total di dalam tata penyajiannya, sehinga menghasilkan komunikasi oleh para pengunjunganya yang kebanyakan anak-anak sekolah tersebut.

Sesuai dengan tingkatan-tingkatannya pula maka cara-cara penyajian dan penerangan bisa disesuiakan. Mungkin di suatu museum bisa dibangan suatu ruangan khusus untuk anak-anak SD dan si situ dengan asuhan seorang guru atau pejabat museum bisa diberikan bimbingan serta pendidikan bagaimana agar kelak mereka kenal yang kemudian diikuti cinta terhadap benda-benda kebudayaan. Tentu terhadap mereka yang lebih tinggi tingkatannya mendapat bimbingan yang berbda. Tetapi apapun juga metodenya, hal-hjal itu amat bermanfaat secara langsung kepada murid-murid.

Pihak museum tentunya harus melakukan riset cukup lama dan serius di dalam mencapai sasaran yang mulia ini. Soalnya yuang akan menjadi ‘murid-muridnya’ bukan hanya terbatas pada anak-anak sekolah tetapi juga masyarakat luas, bukan saja mahasiswa tetapi termasuk juga para ilmuwan yang sudah punya banyak gelar, bukan saja satu bangsa tetapi juga barbagai bangsa dan negara, seperti turis-turis seberang, perutusan negara-negara sahabat dan pada diplomat.

Museum-museum di kota Jakarta sekarang berbagai corak, bahkan Balai Seni Rupa di kompleks Taman Fatahillah adalah yang terbaru. Di dalam Seminar Fusionalisasi Museum yang diselenggarakan mulai 21 s/d 24 Agustus 1976 yang baru lalu di Jakarta, oleh para pemrasaran yang kebanyakan ahli di bidang archeologi, anthropologi, edukasi serta museologi secara hampir senada dikatakan, bahwa cara-cara penyajiannya masih dirasa di bawah minimal. Biarpun kelemahan-kelemahan ini bisa ditutup dengan cara penerangan lisan yang baik melalui juru-juru penerang, tetapi justru jawaban yang paling ideal adalah dengan menghidangkan sistim pameran terbaru, segar dan mengesankan tiap pengunjung.

Metode baru ini menuntut biaya yang tidak kecil bagi museum yang ingin melakukan perombakan wajah. Dan pula tidak bisa secepat itu disulap. Riset yang tekun dan perencanaan yang matang akan memakan waktu lama. Ada cara sementara guna membuat suasana yang tidak membosankan, yaitu dengan melakukan pameran-pameran temporer. Dan Museum Pusat sudah siap menggarapnya dalam tempo tidak lama lagi, Tentunya untuk anak-anak sekolah terutama akan bahagia. (Racmat Ali)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home