My Photo
Name:
Location: Jakarta, Jakarta Selatan, Indonesia

life is for joy and make friends

Wednesday, May 31, 2006

Monumen-monumen di Inggris
Oleh :Rahmat Ali

TELAH saya katakan bahwa banyak sekali wariaan-­warisan nenekmoyang yang sitatnya milik pribadi: Istana-istana tua, kastil, rumah adat dan bahkan. hutan-hutan tuas serta pulau-gulau kecil bukan milik pemerin­tah. Hanya sebagian kecil saja milik pemerintah. Bri­tish Museum yang besar di London itu bukan pula pemerintah. Dia dikendallkan oleh suatu yayasan yang bernama Yayasan British Museum, yang tentu saja, penuh dengan orang-orang terkemu­ka, berpengaruh dan hanyak duit. Dengan demikian kerja pemerintah boleh dikatakan 'lebih ringan' dan oleh karena itu banyaklah yayasan­-yayasan y-ang khusua mengurus monumen-monumen serta peninggalan-peninggalan bersejarah dan laln-lainnya yang dipandang perlu dipertahankan keutuhannya.

Pertama sekali baiklah saya perkenalkan kepada apa y-ang dinamakan Natlonai Trust. Yayasaa ini didirikan pada tahun 1895 dengan bermarkas di Queen Anne's Ga te 42, London. Dan karena swasta dan tidak bisa ber­gantung kepada orang lain maka dia berusaha mencari dana sebaik-baiknya terutama dari iuran para anggotanya dan sumbangan-sumbangan luar. Hasilnya sangat besar. Dari uang yaag masuk diputar lagi. Bahkan bisa pula untuk membeli rumah-rumah bersejarah yang pemilikny-a sudah tidak mampu untuk mengurus. National Trust mempelajari rumah tersebut dan kemudian memugar. Barang-barang yang memang menjadi perlengkapan rumah diatur dengan baik. Kebun-kebun dan tamannya dipangkas dengan indah. Di buatkan pula tempat parkir, toko saouveair dan kantln. Para pengnnjung dltarik karcis. Masuk uang. Cukup untUk membayar pegawaI dan perawatan seharf-hari. Makin haik Makin baik penampilannya makin baik pula uang yang mengablirr ke dalam kas. Dan setelah puluhan tahun maka National Trust telah memillki koleksi warisan hampir di seluruh United Kiagdom kecuali Scotland, yang memiliki semacam yayasan tersendiri.

Menurut laporan “Properties of the National Trust”, Januari 1973, seluas 377.000 are tanah menjadi miliknya ( hektar?) Meliputi tanah di England, Wales serta Irlandia Utara. Ditambah lagi dengan 200 (duaratus) rumah-rumah dengan bentuk arsitektur jempolan serta latar belakang sejarah amat kuat. Juga memiliki lagi 61.000 are tanah dengan pemandangan indah di mana orang-orang yang masuk di dalamnya bisa memasang kemah dan menikmati hidup di dalam yang tenang dan damai terpisah dari keramaian. Tanah-tanah luas tersebut bisa juga merupakan desa kuno, ladang, gereja, kastil, rumah terkenal yang dihubungkan dengan seniman, sastrawan atau negarawan dan istana-istana kaum ningrat pada jaman-jaman lampu.

Karena merasa tertarik maka saya terima ajakan mereka untuk masuk menjadi anggota. Bayar keanggotaannya lima pound. Dengan kartunya yang berlaku satu tahun maka saya bisa bebas masuk di semua peninggalan yang dimiliki oleh National Trust, baik di England, Wales maupun Irlandia Utara. Tanpa jadi anggota maka akan lebih banyak ongkos yang dikeluarkan untuk beli kercis masuk.

Selain National Trust ada pula Maritime Trust, yang khusus mengurus kapal-kapal penting dan bersejarah, yang dianggap perlu dijadikan teladan kepada masarakat, bahwa dulunya demikian, nakodanya si Fulan, pertempurannya di laut sana dan peninggalannya ini, itu dan lain-lain. Atau kapal tersebut dipakai untuk mengangkut para imigran ke Amerika atau Australia. Atau ini milik bekas seorang pecinta alam yang menyebarangi samodra-samodra luas seorang diri dan lain-lain.

Kalau gedung itu monumen-monumen di darat dan tinggal memanggil arsitek banguna beserta tukang-tukangnya untuk memperbaiki yang rusak-rusak – demikian yang biasa dikerjakan National Trust, tidak demikian yang dilakukan Maritim Trust. Yang terang di tepi pantai, dekat pelabuhan, atau daratan yang tidak jauh dengan laut atau sungai. Tapi sebelum itu melalui proses yang cukup pelik. Sering rongsokan kapal yang akan dipugar masih terkadas dekat suatu pulau, atau terkatung-katung di tengah laut. Maka perlu digeret. Dibutuhkan tenaga penggeret, katrol serta pengerahan tenaga manusia. Ini sudah bikin pening kepala. Saya pikir orang-orang Inggeris itu gila. Buat apa kapal rombengan ditarik-tarik. Lalu dimasukan dok. Dikerok. Diganti yang robek-robek atau yang karat dengan baja baru. Kayunya diganti. Bikin meriam-meriam kuno dari – maaf, maaf ini, karton yang sudah diperkuat – pasang lagi tali temali dan layar. Nah, ini semua sudah ratusan ribu poundsterling dikerahkan. Belum juga selesai. Cari duit lagi. Dan anehnya masarakat sudah beli karcis tiap hari, menyaksikan kapal kuno yang belum selesai. Mereka nonton yang kerja. Jiwa bahari orang-orang Inggris memang amat mendarahdaging. Sejak ork sudah ditanamkan bahwa nenekmoyangnya dulu pelaut ulung, pahlawan, avontir dan bahkan bajak laut!

Orang-orang pensiunan Angkatan Laut juga tidak mau ketinggalanm dalam kegiatan semacam yang dilakukan Maritime Tust. Para pensiunan ini membentuk sendiri yayasan mereka. Mengajukan kepada Hankam apa boleh beberapa kapal bekas Perang Dunia II diseret masuk ke dalam kota London (tepi Thames) dan dipamerkan kepada umum. Disetujui dan Hankam tidak mau tahu soal perawatannnya. Harus cari sendiri. Dan gilanya lagi mereka giat cari uang dan dengan segala pengorbanannya berhasil. Itulah HMS Belfast. Meriam-meriamnya saja sebesar batang-batang kelapa. Pengunjung bisa masuk sampai ke ruang-ruang mesin di dasar kapal, melewati tangga-tangga besi licin dan berbahaya. Anehnya sampai orang tua yang sudah nenek-nenek begitu kepinginnya melihat sampai jauh turun ke bawah sekali!

Mungkin terpengaruh oleh National Trust dan Maritim Trust maka kumpulan-kumpulan yang lebih kecil membuat kegiatan yang semacam. Saya lihat di Hambrurg, suatu desa pantai sebelah urata New Castle, banyak orang melihat perahu penyelamat yang panjangnya cuma lima meter. Kejadiannya tahun 1840-an ketika pada suatu hari sebuah kapal penumpang tenggelam. Seorang ayah dengan anak gadisnya yang bernama Grace Darling memberikan pertolongan dengan perahu tersebut. Delapan orang berhasil hidup. Penolongnya adalah penunggu marcusuat. Sayang Grace Darling meninggal beberapa bulan kemudian akibat serangan tbc. Tetapi orang sudah tahu semua dan tidak melupakan kepahlawanannya yang hebat, mempertaruhkan jiwanya sendiri dalam amukan North Sea, Laut Utara yang memang tidak pernah ramah. Dan kepada hal-hal (yang mungkin orang lain anggap remeh serta peristiwa biasa saja) ini orang Inggris memberikan tempat yang layak dan terhormat. Makan Grace Darling ditanam di halaman sampung gereja tua di dusun tidak jauh dri mercusuat itu. Namanya diabadikan dan tiap orang mengenang sampai kapanpun. Para penyair setempat menciptakan sajak-sajak khusus untuknya dan para penyanyi menyanyikan keagungan serta ketulusan hatinya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home