My Photo
Name:
Location: Jakarta, Jakarta Selatan, Indonesia

life is for joy and make friends

Friday, July 11, 2008



KESAN MENONTON DUEL
PETENIS FEDERER VERSUS NADAL DI TV
/ Rahmat Ali

Final antara dua jagoan tenis Rafael Nadal vs Roger Federer 6 Juli 2008 yang baru lalu melebihi kehebatan duel antara petenis Bjorn Borg lawan John McEnroe tahun 1980, demikian komentar dari salah satu koran Inggris. Bayangkan, 4 jam 48 menit bagi yang menonton saja sudah sedemikian melelahkan, apalagi yang berlaga di lapangan rumput Wimbledon. Itulah kehebatan mereka secara fisik dengan taktik-taktik yang serba tingkat tinggi. Saya sudah lama mengagumi gaya permainan Federer (lahir 8 Austus 1981 di Basel, Swiss) yang juara tenis dan ranking pertama dunia tersebut. Pada pertandingan penentuan itu Federer (mulai bermain tenis pada usia 6 tahun) sudah ketinggalan pada set pertama dan kedua namun pada set ketiga dan keempat justru berhasil menyamakan skor menjadi 2 - 2. Dari awal-awal Federer seperti sudah menunjukkan "gejala-gejala kurang sip". Sering dihambat kesalahan-kesalahan sendiri sehingga pada set pertama dan kedua itu skor Nadal menanjak terus. Sudah 2 x pegang bola "match point". Toh 2 x pula si no. 1 dunia Federer berhasil lolos mengatasi masa-masa berbahanyanya. Pada set kelimalah penentuan siapa yang juara sejati. Pada rally-rally yang berlangsung gencar tersebut segera memberikan kesan betapa Federer kampiunnya. Sering pula Nadal yang “kede” alias memukul pakai tangan kiri pesaingnya itu kedadapan. Padahal dia, Nadal, yang lahir 3 Juni 1986 di Manacor, Mallorca, di negeri Spanyol berpelatih pada pamannya sendiri, Toni Nadal, sudah berhasil menggenggam predikat semifinalis Australia Terbuka tahun 2008, juga tercatat sebagai juara Perancis Terbuka tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008. Saya sebagai mantan pemain tenis di Angkatan Laut (ha-ha, saya tingkat juara RT saja lho!) bisa merasakan betapa lelahnya Nadal dan Federer berhari-hari tanpa henti tanding terus melawan para jago tenis dunia lainnya, terlebih di bawah matahari teramat terik. Pasti kaki dan tangan mereka kaku. Mata kesilauan. Namun backhand Federer yang pakai tangan satu itu masih tetap akurat sekali. Toh di saat berikut, sekuat-kuat fisik dan mental tentu terpengaruh juga oleh kelelahan, mungkin juga kejenuhan lebih menekan. Lumrah jika beberapa kali salah mengembalikan serve lawan hingga bola melambung ke belakang tinggi-tinggi seperti orang yang baru belajar tenis. Walau pukulan sudah diarahkan baik-baik, lantaran kelelahan yang menumpuk, menyebabkan bola yang biasanya tepat dipukul kea rah yang dikehendaki, ternyata melenceng hingga out. Sudah di depan net dan tahu-tahu begitu dipukul lagi, yang harusnya masuk, malah out lagi.
Permainan gemilang tingkat kejuaraan dunia memang merupakan hasil proses berlatih penuh disiplin bertahun-tahun sejak kecil. Tiap hari berlatih minimal 5 jam. Jadi sudah tahu betul bagaimana memukul serve, drive atau topspin dan volley yang baik. Tahu bagaimana melakukan drive-volley sekaligus hampir di dekat net untuk mempercepat pukulan yang tidak memberi kesempatan sedikit pun ke fihak lawan. Jadinya, dengan kata lain, sama sekali tidak ada juara yang instan jadi. Sama juga yang dilakoni Federer yang sejak usia 14 tahun sudah menjadi juara nasional Swiss. Berapa kampiun tenis yang pernah dikalahkan Federer? Andy Roddick, Lleyton Hewitt, Rafael Nadal (Miami, 2005), Richard Gasquet, Jame Blake, Fernando Gonzalez, Andre Agassi, Novak Djokovic, David Nalbandian, Marat Safin, Tim Henman, Guilermo Goria dll--- kalah semua oleh Federer. Di tahun 2008 ini sudah amat banyak lagi yang dikalahkan Federer. Tidak heran dia lelah sekali. Jika kemudian Federer memukul kemudian menyangkut, memang sudah nasibnya yang kurang mujur. Nadal sama-sama capek juga. Kenyataannya Federer yang kurang beruntung. Nadal yang mujur. Dia amat bahagia setelah melihat bola Federer gagal dengan bolanya yang menyangkut net. Nadal jadi juara Wimbledon baru tahun 2008!

Jakarta 9 Juli 2008.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home