My Photo
Name:
Location: Jakarta, Jakarta Selatan, Indonesia

life is for joy and make friends

Sunday, March 23, 2008

MALIOBORO AWAL TAHUN 2008

Ketika aku berkunjung lagi ke Jogjakarta aku benar-benar kagum menyaksikan banyaknya perubahan di kota kelahiran bundaku itu. Jogja tidak saja mempertahankan segi-segi tradisionalnya namun juga cepatnya menyesuaikan dengan zaman teknologi masakini abad ke 21. Buktinya dia tidak kalah dengan kota-kota besar di dunia. Cara makan lesehan tidak ada di tempat lain di dunia kecuali yang khas kota gudeg. Demikian juga menikmati nasi pecel di pincuk daun pisang. Tempatnya bukan di dalam ruangan restoran namun di udara terbuka, tepatnya di trotoar terbuka namun amat ramai penuh sesak manusia di depan pasar Bringharjo. Kita tidak malu-malu, ini polos dan sah bin halal. Rasanya wah bukan saja mak nyus tapi juga sedap, melahap kuluban bayam, daun singkong serta kembang turi rebusan, tidak begitu pedas. Bukan kita-kita penduduk negeri yang ngicipi sampai "tanduk" dua tiga kali, turis dari Negeri Belanda pun tidak segan-segan ikut duduk di bangku plastik kecil. Sepincuk Rp.4000,- okelah dengan senyum-senyum. Andongnya yang berkeliling di sekitar pusat kota adalah atraksi tersendiri. Kalau soal pengamen itu biasa. Yang pelukis ikut-ikut menawarkan jasa mereka untuk melukis kilat kepada penikmat-penikmat lesehan adalah hal yang mengasyikkan. Inilah gambarku setelah disketsa cepat-cepat. Berikutnya keempat cucuku ikut-ikut juga disketsa. Istilahnya karikatur. Ongkos per lukisan Rp25000 juga oke untuk mengapresiasi sang seniman pengamen. Maju terus Jogjakarta, I love you, Je t'aime beaucoup!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home